Senang dan sedih adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa sesuatu yang disenangi adalah juga sesuatu yang disedihkan. Jika yang disenangi banyak, maka kesedihan pun akan banyak. Sehingga Ibnu Atha’illah menyatakan :
لِيِقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلَّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ
“Tatkala berkurang apa yang membuatmu bahagia, maka berkurang pula apa yang membuatmu sedih”. (Al-Hikam : hlm 45)
Cuplikan di atas menunjukkan bahwa kebahagiaan seseorang ditentukan pada sedikit atau banyaknya cinta seseorang pada dunia seisinya. Penulis meyakini bahwa Syeh Ibnu Atha’illah tidak melarang manusia menjadi kaya atau memiliki segala hal yang membuatnya bahagia. Namun beliau mengingatkan bahwa semakin banyak manusia cinta pada dunia—dan itu membuatnya bahagia—maka semakin besar pula potensi kesedihan yang akan dialami jika suatu saat apa yang dicintai dan dimiliki hilang, dicuri, mati, hanyut, atau ditelan bumi.
العلم النافع هو العلم الذى ينبسط فى الصّدر شعاعه ويزكشف عن قلب قناعه
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang sinarnya memancar didada dan dapat membuka tabir yang menyelimuti hati.
-Syekh Ibnu Atha’illah, dikutip dalam kitab Al-Hikam
Syekh Junaidi al-Bagdadi memberi tawkid atas pernyataan tersebut: “Ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu tentang Allah (makrifat) dan ilmu tentang adab sopan santun dihadapan-Nya.”