Bertempat di aula gedung putri, rangkaian kegiatan class meeting semester genap 2020/2021 hari ketiga digelar, Senin (28/06/21). Kategori lomba kali ini mengenai reportase jurnalistik untuk kalangan siswi putri. Beberapa tema yang dapat diberitakan diantaranya adalah pendidikan, keagamaan, sosial, budaya, lingkungan, science, nasionalisme/wawasan kebangsaan, kesehatan, dan teknologi.
Ide dasar reportase jurnalistik yang dibagi menjadi tim jurnalistik dan reporter ini dilombakan untuk mengukur sense of interest dan pola pikir kritis para siswa terhadap lingkungan kesehariannya serta melatih kerjasama, managerial, juga uji kemampuan berbicara di muka umum (publik speaking). Dengan hal tersebut, diharapkan setiap siswa-siswa MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid ini dapat mengembangkan kemampuan bernalarnya seperti menggali informasi melalui observasi maupun dari sumber primer, menafsirkan, merangkai dan menyimpulkan secara obyektif, kemudian menyampaikan (memberitakan) dengan bahasa yang dapat dipahami khalayak umum.

Muhammad Ro’uf, S.Pd salah-satu wali kelas putri yang juga guru mapel Bahasa Inggris mengapresiasi lomba ini, menurutnya secara konsep, reportase jurnalistik merupakan aspek kemampuan yang harus dimiliki generasi millenial. “Anak-anak ini kan bagian dari generasi millenial yang tiap hari tidak lepas dari media sosial, semua orang bisa jadi jurnalis di jaman digital ini. Namun jika tanpa pemahaman/kemampuan tentang jurnalisme maka setiap postingan yang ada di medsos hanya sekedar hiburan” ungkap Ro’uf yang juga seorang pengusaha dan peternak unggas.
Baca juga :
BAK PRESENTER TV, PESERTA REPORTASE JURNALISTIK UNJUK PERFORMA TERBAIKNYA
Apa yang diungkapkan Ustadz Ro’uf itu dan relevan dengan maraknya berita hoax yang atas penggunaan media sosial internet. Tanpa pemahaman jurnalistik memang pemberitaan cenderung menjadi konten hoax dan bagi penerima berita yang tanpa sikap kritis dalam menggali informasi tentunya mudah sekali disesatkan.
Ditanya mengenai konsep lomba reportase jurnalistik ini Abdurrohman, S.Pd menyampaikan bahwa gagasan agar siswa dibekali softskill semacam ini sangat penting untuk perkembangan hidup mereka di tengah arus globalisasi. “Bayangkan saja mereka ini umumnya dari pedesaan yang identik dengan kurangnya akses informasi. Ketika mendapatkan suatu berita misalnya saja tentang vaksin, bagi orang tua yang gagap teknologi tentu orang pertama yang ditanya terkait hal itu adalah anak-anaknya yang tiap hari menggunakan handphone atau laptop. Anak-anak ini harus mampu menafsirkan dan menjelaskan serta mengkonfirmasi kebenaran suatu berita untuk orang terdekatnya. Bisa saya katakan lomba ini bagus sekali sebagai bagian dari edukasi menangkal maupun meminimalisir hoax yang beredar.” tutur Abdurrohman yang juga pengajar di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum menerangkan lebih lanjut.